Menjadi Teater Eska atau TheOther Eska
Ditengah hujan rintik dan gerimis yang membuat ngiris, satu-persatu kawan-kawan dari warga Eska bertahan di Yogyakarta dan di luar Yogyakarta bertahan di obroloan kopi Khandang. Setidaknya melakukan nostalgia, tentang rencana tentang rumah atau sanggar yang sudah di telan bumi. Setidaknya masih ada harapan untuk kita kembali ke rumah!
Di lokasi bekas kandang ayam peninggalan pengusaha sukses itulah, sosok Zuhdi Siswanto dengan kostum celana pendek layaknya anak gaul masih terlihat enjoy menikmati kopi susunya. Begitu juga Gus OO dengan stelan jenggot yang seperti sudah terlihat sedikit cokelat dan mendekati memutih capek meliput berita banjir.
Sementara itu Abdul Muis yang pulang kerja dengan sepatu pantofel yang sudah mulai menganga datang ditengah hujan yang masih rintik. Sedangkan obroloan pembukaan sudah diawali oleh Rahmat, Asnil, dan Surya Tajudin yang sudah duluan ambil posisi. Biasa, obroloan berawal dari basa-basi tentang ceita masa lalu.. Lagi-lagi masa lalu…
Tanpa sengaja secara tiba-tiba bahkan dengan teknik muncul gaya pementasan Diatas Bangku Kosong, Om Dharmo dengan tampang MC berkelabat muncul ditengah obrolan. Dengan menenteng jenang kudus, seperti biasa Om Dharmo masih mengingat laku yang biasa dilakukan di auditorium tercinta.
Dengan dua bungkus jenang dengan ditemani kopi pahit bikinan Rahmad. obrolan semakin panas ditengah derasnya hujan yang mengguyur. Intinya adalah, cerita tentang teman yang bikin kesal atau cerita tentang warga juga anggota Eska yang ada dikampus.
Setidaknya, kelompok orang yang sudah gelisah ini berfikir tentang anggota Eska yang sekarang pada sibuk kuliah dan aktif mengejar nilai A+ atau menjadi aktivis kampus yang gagah berani. Tak ada terfikir sejenakpun, tentang bayang-bayang Eska 200 tahun lagi. Yang penting mulai hari ini, kita harus berbuat lagi, setidaknya untuk tempat ngobrol, curhat di lokasi tumpangan yang diberikan oleh Om Acun yang baik hati.
Om Dharmo bilang, kita sudah diberi sinyal untuk menempati tempat di pojok depan komplek Khandang. Kondisinya tidak terlalu memprihatinkan, tetapi setidaknya ada harapan untuk membangu sebuah pondok yang bisa membuat nostalgia bagi warga atau anggota Eska, atau untuk tempat Canaka dengan OO memadu kasih secara bersama.
Obrolanpun mengalir, rencana setidaknya sudah disusun tentang sebuah gubuk 4 X 8 dengan atap genteng dinding papan dan sebagian tembok sudah terencana. Tiba-tiba Dono dengan kostum celana pendek datang tiba-tiba mengejutkan Om Dharmo.
Obroloan kembali mengalir, semangkok mie instant muncul di depan Om Dharmo dan membuat ngiler Muis dan Zuhdi. Akhirnya mengalirlah mie instan dari penjaga Khandang, satu persatupun keluar mengisi perut masing-masing yang sudah keroncongan.
Wassalam
Dharmo, Zuhdi, Gus OO, Dono, Frans, Mail, Rahmat, Muis, Asnil, Surya
Selasa, 01 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar